Sunday, May 26, 2013

Peran Pustakawan Dalam Manajemen Pengetahuan

Menurut sebagian profesi informasi dan perpustakaan, Manajemen Pengetahuan bukan lagi merupakan konsep baru. Mereka berpendapat bahwa MP sebenarnya adalah kemasan baru Manajemen Informasi. Lingkungan MP berbeda dengan MI, akan tetapi perlu diingat bahwa pengetahuan dikomunikasikan melalui informasi dan penciptaan MI merupakan landasan MP. Wicaksono mengatakan, MI dan MP harus dibedakan. Bila MI lebih diartikan sebagai teknik pengaturan agar informasi mudah dicari dan digunakan kembali oleh pemakai, maka MP adalah teknik membangun suatu lingkungan pembelajaran sehingga orang-orang di dalam terus termotivasi untuk terus belajar, memanfaatkan informasi yang ada, serta mau berbagi pengetahuan.
Dalam realisasinya, profesi informasi dan perpustakaan kurang diperhatikan dalam pengembangan MP. Beberapa alasan diantaranya adalah :
1.      Dukungan atasan dalam melibatkan pustakawan dalam perencanaan srategis sangat kecil, sementara pustakawan terlalu asyik dengan pekerjaaan rutinnya sehingga melewatkan peluang dalam perkembangan MP.
2.      Pendekatan MP tidak melalui MI tetapi lebih kepada praktik-praktik dan aplikasi teknologi.
3.      Pustakawan hendaknya mampu mengubah mindset bahwa pustakawan semata-mata bukan hanya penyedia layanan bagi pelaku bisnis tetapi juga mampu menempatkan dirinya dalam core business.
Perkembangan MP seharusnya merupakan peluang bagi para pustakawan, hanya saja pustakawan harus mampu mengubah dan mengembangkan dirinya seiring dengan tuntutan perubahan. Pengembangan ang dimaksud adalah :
1.      Memberi kontribusi bagi lembaganya, tidak sekedar fokus pada disiplin ilmu pengetahuan.
2.      Mampu mentransfer kemampuannya melalui pelatihan dan pembinaan.
3.      Integrasi dan inovasi.
Adalah sebuah temuan yang menarik, mengenai perekrutan pustakawan dalam proyek MP. Di lapangan diketahui, bahwa mustahil menempatkan pustakawan dalam posisi strategis karena :
1.      Kurang memiliki pengetahuan bisnis.
2.      Pustakawan tidak memiliki kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup informasi, organisasi dan sasaran organisasi.
3.      Kemampuan kerjasama dan kepemimpinannya tidak memadai untuk posisi strategis.
4.      Kurang memiliki kemampuan manajerial.

Idealnya profesi perpustakaan dan informasi harus mampu melihat perkembangan dan kebutuhan Knowledge Manager (KM). Kalau pustakawan lebih jeli, tugas serta ruang gerak MP banyak kaitannya dengan “information skills” yang menjadi bagian dari peran kita. Kurikulum Ilmu Perpustakaan yang diajarkan saat ini lebih banyak terkonsentrasi pada kemampuan teknik, proses manajemen bibiliografi dan sumber informasi, serta teknologi informasi. Untuk merespons tuntutan MP, kurikulum tentu harus lebih dikembangkan sesuai kebutuhan tersebut.


diringkas dari artikel dengan judul yang sama oleh Harkrisyati Kamil, yang dimuat di Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2005.

No comments:

Post a Comment