Menurut sebagian profesi informasi dan perpustakaan, Manajemen Pengetahuan
bukan lagi merupakan konsep baru. Mereka berpendapat bahwa MP sebenarnya adalah
kemasan baru Manajemen Informasi. Lingkungan MP berbeda dengan MI, akan tetapi
perlu diingat bahwa pengetahuan dikomunikasikan melalui informasi dan
penciptaan MI merupakan landasan MP. Wicaksono mengatakan, MI dan MP harus dibedakan.
Bila MI lebih diartikan sebagai teknik pengaturan agar informasi mudah dicari
dan digunakan kembali oleh pemakai, maka MP adalah teknik membangun suatu
lingkungan pembelajaran sehingga orang-orang di dalam terus termotivasi untuk
terus belajar, memanfaatkan informasi yang ada, serta mau berbagi pengetahuan.
Dalam realisasinya, profesi informasi dan perpustakaan kurang diperhatikan
dalam pengembangan MP. Beberapa alasan diantaranya adalah :
1. Dukungan atasan dalam
melibatkan pustakawan dalam perencanaan srategis sangat kecil, sementara
pustakawan terlalu asyik dengan pekerjaaan rutinnya sehingga melewatkan peluang
dalam perkembangan MP.
2. Pendekatan MP tidak
melalui MI tetapi lebih kepada praktik-praktik dan aplikasi teknologi.
3. Pustakawan hendaknya
mampu mengubah mindset bahwa pustakawan semata-mata bukan hanya penyedia
layanan bagi pelaku bisnis tetapi juga mampu menempatkan dirinya dalam core
business.
Perkembangan MP seharusnya merupakan peluang bagi para pustakawan, hanya
saja pustakawan harus mampu mengubah dan mengembangkan dirinya seiring dengan
tuntutan perubahan. Pengembangan ang dimaksud adalah :
1. Memberi kontribusi
bagi lembaganya, tidak sekedar fokus pada disiplin ilmu pengetahuan.
2. Mampu mentransfer
kemampuannya melalui pelatihan dan pembinaan.
3. Integrasi dan
inovasi.
Adalah sebuah temuan yang menarik, mengenai perekrutan pustakawan dalam
proyek MP. Di lapangan diketahui, bahwa mustahil menempatkan pustakawan dalam
posisi strategis karena :
1. Kurang memiliki
pengetahuan bisnis.
2. Pustakawan tidak
memiliki kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup
informasi, organisasi dan sasaran organisasi.
3. Kemampuan kerjasama
dan kepemimpinannya tidak memadai untuk posisi strategis.
4. Kurang memiliki
kemampuan manajerial.
Idealnya profesi perpustakaan dan informasi harus mampu melihat
perkembangan dan kebutuhan Knowledge Manager (KM). Kalau pustakawan
lebih jeli, tugas serta ruang gerak MP banyak kaitannya dengan “information
skills” yang menjadi bagian dari peran kita. Kurikulum Ilmu Perpustakaan
yang diajarkan saat ini lebih banyak terkonsentrasi pada kemampuan teknik,
proses manajemen bibiliografi dan sumber informasi, serta teknologi informasi.
Untuk merespons tuntutan MP, kurikulum tentu harus lebih dikembangkan sesuai
kebutuhan tersebut.
diringkas dari artikel dengan judul yang sama oleh Harkrisyati Kamil, yang dimuat di Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2005.
No comments:
Post a Comment