Saturday, October 20, 2012

Berkreasi Dengan Perpustakaan


Di era globalisasi dimana teknologi sudah berkembang sangat pesat seperti saat ini, informasi sangatlah mudah untuk didapatkan. Dengan adanya sistem jaringan seperti internet, pertukaran informasi antar negara bukan lagi merupakan hal yang sulit. Dengan keadaan seperti ini, keberadaan perpustakaan sebagai sebuah pusat informasi kembali terpinggirkan. Selain karena ada cara yang lebih mudah untuk mendapatkan informasi seperti melalui internet, perpustakaan juga terkesan membosankan, terlebih untuk ukuran anak-anak. Salah satu cara agar citra perpustakaan meningkat di kalangan masyarakat adalah dengan penerapan konsep perpustakaan kreatif.
Perpustakaan kreatif adalah sebuah konsep pengaplikasian perubahan dengan ide-ide yang baru dan menarik, yang dapat dengan mudah diterapkan pada perpustakaan dan dapat memberi nilai tambah serta meningkatkan kualitas perpustakaan yang bersangkutan. Konsep perpustakaan kreatif ini jenisnya sangat banyak, mengingat konsep ini tergantung pada kemunculan ide-ide yang baru. Namun, dalam artikel ini penulis hanya akan menjelaskan tentang dua macam perubahan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan kreatif.
1. Perubahan Fisik Perpustakaan
Salah satu alasan utama kenapa perpustakaan kurang diminati oleh masyarakat adalah karena fasilitasnya yang kurang memuaskan. Sebuah ruangan
yang dipenuhi buku yang disusun rapi pada rak-rak yang tersedia dengan suasana yang sepi, situasi seperti inilah yang seringkali membuat orang-orang berpikir dua kali untuk pergi ke perpustakaan. Maka dari itu perlu dilakukan perubahan fisik pada perpustakaan sehingga dilihat dari dalam maupun dari luar, perpustakaan akan terlihat menarik. Perubahan-perubahan fisik yang dapat diterapkan antara lain sebagai berikut :
a. Gedung
Kebanyakan orang menilai sesuatu dari bagian luarnya. Dalam hal ini kita dapat memanfaatkan pemikiran itu untuk menarik orang-orang agar mengunjungi perpustakaan. Jika seseorang sudah tertarik melihat sebuah gedung perpustakaan, dia akan memiliki dorongan untuk mengunjungi perpustakaan tersebut.
Bagaimana cara untuk mengubah agar gedung perpustakaan terlihat menarik di mata masyarakat? Tidak harus dengan renovasi yang jelas akan memakan banyak biaya. Ada cara-cara yang jauh lebih murah dari itu. Yang pertama adalah dengan cat ulang. Yang dimaksud disini tidak hanya dicat ulang seperti halnya jika mengecat rumah. Jadi, untuk membuat sebuah gedung terlihat menarik, diperlukan kombinasi warna-warna yang tepat sehingga enak dipandang. Maka dari itu warna yang digunakan dalam proses cat ulang ini tidak hanya satu warna, melainkan ada beberapa jenis warna. Kita mulai dari perpustakaan anak-anak.
Perpustakaan ini ditujukan pada anak-anak, dengan pendidikan setaraf TK (Taman Kanak-Kanak), Playgroup dan SD (Sekolah Dasar). Dengan begitu, warna-warna cerah akan menarik minat mereka. Jadi, untuk jenis perpustakaan ini, dapat digunakan warna cerah untuk mengecat gedung perpustakaannya. Agar lebih menarik, mengingat anak-anak yang sangat menyukai film-film animasi bergambar, dapat digunakan sebuah, atau beberapa tokoh animasi bergambar seperti Spongebob Squarepants, Naruto dan Doraemon untuk menghiasi dinding bagian luar dari gedung perpustakaan itu. Dengan begitu gedung perpustakaan akan terlihat menarik di mata anak-anak.
Untuk perpustakaan yang ditujukan untuk remaja dengan pendidikan setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat, pola-pola tokoh animasi seperti yang diterapkan pada perpustakaan anak-anak tadi tidak akan banyak membantu. Pola yang banyak menarik minat remaja adalah pola yang terlihat keren, seperti corak abstrak dengan perpaduan warna yang tepat, grafiti, dan sebagainya. Namun dari pilihan-pilihan yang ada, grafiti mungkin menjadi pilihan utama. Selain banyak remaja yang tertarik pada seni grafiti ini, tulisan grafiti juga bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan bahwa gedung itu adalah gedung perpustakaan. Dengan warna-warna yang tepat untuk grafiti, gedung perpustakaan itu akan menarik perhatian para remaja.
Selanjutnya, untuk perpustakaan yang ditujukan untuk umum, akan lebih sulit menentukan pola yang akan menarik minat masyarakat, mengingat para pengunjung yang akan datang ke perpustakaan itu tidak dibatasi umur. Jadi pola abstrak bisa digunakan secara efektif disini. Pola abstrak bukan berarti sembarangan mencampur warna-warna yang ada, namun warna tersebut dipadukan sedemikian rupa sehingga enak dan nyaman dipandang. Sebagai contoh, corak seperti gelombang dan kilatan petir akan terlihat menarik apabila dipadukan dengan warna yang tepat. Dengan demikian gedung perpustakaan akan terlihat lebih menarik.
Cat-cat yang diterapkan tadi bukan hanya untuk bagian luar saja, namun bagian dalam juga. Bayangkan saja kalau seseorang sudah tertarik melihat bagian luar dan masuk ke dalam gedung perpustakaan, namun bagian dalamnya masih terkesan suram, dia tidak akan jadi berkunjung ke perpustakaan tersebut dan malah pulang. Maka dari itulah bagian dalam juga perlu untuk dicat ulang, dengan pola yang sejenis dengan pola cat di bagian luar, namun tidak sama persis. Untuk perpustakaan anak-anak, di bagian dalam bisa diganti tokoh-tokoh animasi yang ditampilkan, jadi pengunjung dalam hal ini anak-anak, tidak akan bosan. Begitu juga untuk perpustakaan remaja dan umum, corak yang digunakan di bagian dalam harus berbeda dengan corak yang digunakan di bagian luar. Hal ini bertujuan untuk memberi
variasi pada gedung perpustakaan dan menghindari kebosanan pada pengunjung dan pustakawan. Yang kedua adalah perubahan pada lingkungan gedung perpustakaan. Agar sebuah perpustakaan memiliki banyak pengunjung, tidak mungkin lingkungan di sekitar gedung perpustakaan dibiarkan kumuh dan tidak terawat. Jadi agar gedung perpustakaan terlihat lebih hidup, lingkungan sekitar gedung juga harus dibuat menarik sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lingkungan perpustakaan. Pilihan terbaik yang dapat diterapkan adalah mengubah lingkungan sekitar gedung perpustakaan menjadi taman. Pilihan ini memiliki banyak kegunaan, antara lain membuat udara di sekitar gedung perpustakaan menjadi asri dan sejuk, mempercantik tampak luar gedung, sebagai sarana penghilang kejenuhan setelah berada di perpustakaan, dan sebagainya. Taman ini juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat para pengunjung membaca buku apabila pengunjung sudah jenuh berada didalam gedung perpustakaan. Hanya saja apabila pengunjung diperbolehkan membawa buku ke taman, penjagaan sebaiknya diperketat mengingat pencurian buku akan semakin rawan jika buku dibawa keluar gedung perpustakaan.
b. Fasilitas
Perubahan fasilitas juga sangat berpengaruh terhadap minat pengunjung
perpustakaan. Bayangkan saja, jika hanya perubahan fisik gedung perpustakaan yang diterapkan, namun fasilitasnya masih seperti biasa, pengunjung lama-lama pun akan merasa jenuh. Karenanya sejalan dengan perubahan fisik gedung, perubahan fasilitas juga harus diterapkan.
Perubahan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti rak-rak buku yang ada. Seperti kita ketahui, rak buku kebanyakan berbentuk balok, dengan ruas-ruas di salah satu sisinya yang digunakan untuk meletakkan buku. Disini kita dapat memanfaatkan bentuk dan warna rak agar minat pengunjung meningkat. Rak-rak yang lama, yang berbentuk balok dan rata-rata tidak berwarna (warna kayu), kita ganti dengan rak-rak yang didesain dengan lebih kreatif. Rak-rak yang berbentuk lingkaran, atau membentuk sebuah formasi tertentu seperti replika tubuh manusia, akan lebih menarik perhatian para pengunjung dibanding rak-rak konvensional yang terkesan membosankan. Selain itu, variasi warna-warna yang diterapkan akan membuat para pengunjung bisa mencuci mata sebentar sambil melihat keindahan rak-rak yang tersedia disaat mereka jenuh membaca.
Salah satu contoh rak buku yang bisa diterapkan adalah rak yang berbentuk lingkaran. Model dari rak ini adalah bola, jadi rak ini bisa digelindingkan kesana-kemari. Rak ini didesain sedemikian rupa sehingga
buku-buku tidak akan jatuh atau ikut berputar saat rak ini digelindingkan. Konsepnya sama dengan bola yang diisi air setengah penuh. Walaupun bola digelindingkan kesana kemari, air akan tetap datar dan sejajar dengan permukaan tanah. Rak ini paling cocok diterapkan di perpustakaan anak-anak, mengingat mereka sangat suka bermain-main dengan hal-hal yang baru dan menarik. Anak-anak bisa menggelindingkan rak ini saat mereka istirahat dari belajar, walaupun jelas pergerakan dari rak ini harus dibatasi dengan memberi ganjalan pada jarak tertentu dari rak agar rak tidak digelindingkan terlalu jauh dari tempatnya semula.
Contoh lain yang bisa diterapkan adalah rak geser. Bentuk dari rak ini opsional, bisa berbentuk balok seperti halnya bentuk rak yang biasa, bisa juga berupa bentuk lain yang lebih menarik. Idenya adalah dengan memasang semacam jalur yang sejenis dengan rel kereta listrik di dinding, untuk kemudian rak yang bersangkutan dipasang di jalur tersebut sehingga rak tersebut dapat digeser kemanapun selama rak itu masih berada dalam jalur. Konsep rak geser ini memudahkan pengguna yang tidak ingin beranjak dari tempatnya hanya untuk mengganti buku yang sedang ia baca. Dia dapat menggeser rak tersebut dan memposisikan berada didekatnya untuk kemudian memilih buku dari rak tersebut untuk dibaca. Jika dia ingin mengganti buku yang ia baca, dia tidak perlu berjalan menuju
rak lain, cukup berdiri dan memilih buku lain dari rak yang telah ia geser tadi.
Masih banyak konsep-konsep tentang bentuk rak yang menarik. Seperti rak yang berbentuk tubuh binatang, yang didesain sedemikian rupa sehingga buku-buku yang diletakkan didalamnya tidak akan jatuh, atau rak yang didesain dengan bentuk abstrak yang menarik. Ditambah dengan warna yang bervariasi, buku-buku yang diletakkan didalamnya pun akan terlihat lebih menarik. Yang kedua, perubahan meja dan kursi yang terdapat di perpustakaan. Perubahan ini sejenis dengan perubahan rak diatas, dimana lebih fokus pada bentuk dan warna meja dan kursi agar menjadi lebih menarik. Untuk bentuk dan warna, mungkin tidak perlu dijelaskan lebih detail mengingat tidak akan ada kesulitan mengenai hal itu. Hanya saja untuk meja dan kursi yang akan ditempatkan, bisa ditambah corak yang menarik di permukaan meja atau kursi. Diatas warna yang diletakkan di permukaan meja dan kursi tersebut, dapat diberi corak dengan warna yang bervariasi sehingga saat pengunjung jenuh membaca, mereka tidak perlu pergi jauh-jauh untuk menghilangkan kejenuhan. Cukup dengan memandang corak yang terdapat pada meja dan kursi yang mereka gunakan.
Lalu yang ketiga, tata letak. Seringkali rak, meja, dan kursi yang diletakkan di perpustakaan ditata terlalu formal. Memang
jenis penataan ini akan lebih memudahkan pengunjung untuk menemukan dan menggunakan koleksi perpustakaan, namun jika tata letaknya diubah tanpa pola yang terikat, maka pengunjung akan lebih tertarik untuk berada di perpustakaan. Tata letak yang diubah tanpa pola yang terikat disini bukan berarti rak, meja, dan kursi diletakkan secara sembarangan, namun ditata tidak dengan pola biasa yang sering diterapkan di perpustakaan. Rak buku bisa ditata dengan pola V atau dengan pola zig-zag. Untuk meja dan kursi, penataannya bisa menyesuaikan dengan tata letak rak buku, dengan memanfaatkan ruang yang bebas. Apalagi dengan bervariasinya bentuk dari rak, meja, dan kursi yang digunakan dibutuhkan kreativitas agar tata letak dari rak, meja, dan kursi dapat membuat para pengunjung kagum tanpa mempersulit mereka untuk menemukan koleksi yang mereka cari.
2. Perpustakaan Bertema
Ide yang kedua untuk menciptakan sebuah perpustakaan kreatif adalah perpustakaan bertema. Apa itu perpustakaan bertema? Adalah sebuah perpustakaan yang menyediakan pelayanan tertentu, dimana pelayanan tersebut mengacu pada salah satu tema yang menarik. Berikut contoh-contoh perpustakaan bertema yang dapat diterapkan :
a. Perpustakaan Kerajaan
Ide besarnya adalah membuat perpustakaan menjadi sebuah kerajaan. Jadi, gedung perpustakaan didesain sedemikian rupa agar menyerupai sebuah kerajaan. Tidak harus mengganti fasilitas yang ada, hanya perlu memasang wallpaper agar dinding bisa menyerupai dinding bangunan kerajaan, lalu menghias kursi dan memberi taplak khusus pada meja sehingga suasana didalam perpustakaan akan benar-benar menyerupai sebuah kerajaan. Lalu agar terasa lebih nyata, para pustakawan yang bertugas pun sebaiknya bersikap seolah-olah mereka adalah pelayan di kerajaan. Bukan dalam artian mereka harus melayani pengunjung seperti di restoran atau rumah, tapi sikap dan tutur bahasa mereka dibuat agar menyerupai sikap dan tutur bahasa seorang pelayan kerajaan. Hal ini dimaksudkan agar suasana perpustakaan berbeda dari biasanya, sehingga akan dapat menarik lebih banyak pengunjung dengan ciri khas ini.
b. Perpustakaan Hutan
Ide kedua ini adalah merubah perpustakaan menjadi hutan. Tidak dengan menanam pohon di dalam perpustakaan, tapi dengan memasang wallpaper pohon-pohon di dinding-dinding, menyebar dedaunan di lantai perpustakaan dan membuat efek lampu menjadi seperti sinar matahari yang menerobos pepohonan. Bisa juga ditambah
kipas angin yang menimbulkan efek angin sepoi-sepoi sehingga para pengunjung benar-benar merasa seperti berada di dalam hutan. Konsep ini mungkin bisa sangat efektif, karena selain akan membuat suasana perpustakaan tidak membosankan, suasana hutan yang sepi sangat cocok dengan perpustakaan.
c. Perpustakaan Labirin
Disini temanya adalah membuat perpustakaan menjadi sebuah labirin. Jadi, di beberapa tempat di dalam labirin, diberi beberapa ruang yang cukup luas untuk meletakkan buku dan koleksi-koleksi perpustakaan lainnya. Selain itu agar pengunjung tidak tersesat, ditempelkan peta labirin di beberapa tempat yang strategis. Konsep ini sangat cocok diterapkan untuk perpustakaan anak-anak, dimana mereka bisa sambil bermain petak umpet atau permainan lainnya di dalam labirin.
d. Perpustakaan Teater
Perpustakaan akan dibuat dengan konsep bioskop atau teater. Nah, di bioskop kita akan melihat review-review atau poster-poster yang mempromosikan film-film yang sedang dan akan tayang. Itulah yang akan diterapkan di perpustakaan teater ini. Jadi di dinding perpustakaan, dinding luar maupun dalam, akan ditempel poster yang menunjukkan buku-buku menarik yang ada didalam
perpustakaan tersebut. Bisa saja poster itu menampilkan buku-buku yang baru saja rilis dan sudah tersedia di perpustakaan itu. Isi dari poster tersebut adalah cover buku bagian depan dan belakang, sinopsis isi buku, pengarang dan penerbit. Bisa juga ditambahkan testimoni dari orang-orang yang sudah membaca buku tersebut.
Untuk pelaksanaannya, poster-poster itu lebih efektif jika ditempel di koridor masuk gedung perpustakaan, jadi suasananya menyerupai bioskop pada umumnya. Lalu dalam jangka waktu tertentu, poster-poster itu akan diganti dengan poster-poster baru, sehingga pengunjung tidak bosan. Selain itu, seorang pustakawan harus selalu standby di dekat poster-poster itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pengunjung mengenai poster-poster yang ada.
3. Perpustakaan Merger
Ide yang ketiga, perpustakaan merger. Ini adalah konsep dimana perpustakaan dimerger atau digabung dengan sebuah tempat lain sehingga perpustakaan itu nantinya akan berfungsi ganda.
a. Museum Perpustakaan
Disini perpustakaan digabung dengan sebuah museum. Caranya adalah dengan memasang konten-konten museum di dinding-
dinding perpustakaan. Jadi rak-rak buku akan diletakkan dengan jarak yang sedikit lebih jauh daripada biasanya, dan di sela-sela antara kedua rak tersebut ditempelkan lukisan atau benda-benda lain dari museum, sehingga di samping berperan sebagai perpustakaan, bangunan itu juga berperan sebagai museum. Konsep ini sangat berguna terutama pada anak-anak dan remaja yang masih menempuh pendidikan formal. Seringkali mereka mengadakan study tour ke museum-museum. Dengan konsep ini mereka tidak perlu pergi jauh-jauh ke museum, mereka dapat melakukannya di perpustakaan tempat mereka belajar. Konsep ini dapat meningkatkan jumlah pengunjung di perpustakaan dengan cukup signifikan, hanya saja diperlukan sebuah bangunan yang luas mengingat dibutuhkan tempat yang tidak sempit untuk meletakkan koleksi-koleksi museum dan rak-rak buku.
b. Restoran Perpustakaan
Perpustakaan digabung dengan restoran, bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Dengan konsep utama adalah sebuah restoran, diletakkan beberapa rak-rak buku disetiap sudut dan dinding di restoran tersebut, sehingga pengunjung dapat makan sambil membaca buku. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah keadaan buku. Dengan diperbolehkannya membaca buku sambil makan, maka buku rawan kotor terkena makanan dan minuman. Untuk mengatasinya,
setiap buku diberi cover plastik sehingga akan menambah proteksi terhadap buku. Lalu membuat sebuah aturan dimana pengunjung akan dikenai denda apabila buku yang mereka baca kotor terkena makanan. Besar denda tergantung dari kerusakan pada buku. Dengan begitu, para pengunjung akan berhati-hati dalam membaca buku sambil makan.
Itulah ide-ide kreatif yang bisa diterapkan di perpustakaan. Tentu saja ide-ide itu tidak diterapkan semua, namun dipilih satu atau lebih ide yang cocok dengan lingkungan sekitar perpustakaan agar penerapan ide tersebut lebih terasa manfaatnya. Masih banyak ide-ide lain yang bisa diterapkan, kita hanya harus berfikir kreatif untuk menemukannya.

Oleh Riki Setia Budi

1 comment: