Sunday, August 5, 2012

Perpustakaan Negeri Dongeng


Pada waktu kita masih kecil sebelum tidur,pasti suka didongengin sama orang tua kita entah itu dongeng nasional maupun dongeng internasional. Saat itulah kita sering mengkhayal karakter tokoh dongengnya seperti apa, bagaimana sifat-sifatnya, dan sebagainya. Bahkan tokoh dongeng itu pernah dibikin dalam versi layar kaca baik film kartun, serial televisi, dan seterusnya.
Berhubung penulis suka dengan dunia anak-anak terutama tokoh dongeng, penulis terinsipirasi membuat konsep perpustakaan ala negeri dongeng.
Perpustakaan ala negeri dongeng cocok diterapkan di perpustakaan mini untuk anak playgroup maupun taman kanak-kanak karena pada masa tersebut anak-anak sedang mengalami perkembangan terutama perkembangan motorik dan perkembangan otak. Konsep dari perpustakaan ala negeri dongeng adalah semua ornamennya adalah khas anak balita baik dinding, koleksi buku, meja, dan kursi, perlengkapan dan sebagainya. Dinding dari ruang perpustakaan negeri dongeng diberi warna-warna yang cerah seperti merah, hijau, biru, dan wallpaper diberi gambar dari tokoh dongeng tersebut seperti Princess, Barbie, Snow White, Aladin, Cinderella dan lain-lain. Hal ini dibuat agar mereka bersemangat ketika melakukan aktifitas di perpustakaan ala negeri dongeng. Tak lupa di bagian antara jendela dan ventilasi diberi gorden tokoh dongeng agar lebih menarik. Tak lupa diberi pendingin dan pengharum ruangan agar tetap betah di perpustakaan.
Untuk meja dan kursi diberi motif tokoh dongeng dan bahannya yang tidak membahayakan anak-anak. Untuk bahan sofa diberi sofa yang empuk dan nyaman. Atau kalau ingin lebih nyaman diberi dengan konsep lesehan jadi anak-anak bisa leluasa bergerak. Dilengkapi juga dengan permainan yang membantu perkembangan motorik anak balita seperti puzzle, boneka, bongkar susun, dan sebagainya. Agar menciptakan kenyamanan di perpustakaan, sebaiknya diberi peringatan yang bahasanya disesuaikan dengan usia anak seperti jangan berisik, jangan berbicara keras-keras, dan sebagainya.
Jam buka perpustakaan ala negeri dongeng dimulai dari siang hari sampai sore hari untuk hari Senin sampai Jumat karena waktu pagi hari digunakan untuk sekolah dan untuk Sabtu dan Minggu dibuka mulai dari pagi hari sampai sore hari.
Setiap hari berganti tema agar anak-anak tidak bosan dan jenuh jika berkunjung ke perpustakaan ala negeri dongeng misalnya, hari Senin perpustakaan ala Cinderella, Selasa perpustakaan ala Snow White, dan sebagainya. Untuk melengkapi perpustakaan ala negeri dongeng, penulis berimajinasi menampilkan badut yang memakai kostum ala tokoh dongeng supaya anak-anak merasa senang dan terhibur.
Berhubung konsep perpustakaan ini adalah perpustakaan ala negeri dongeng, maka bahan pustaka yang disediakan adalah buku cerita, buku bergambar, buku latihan mewarnai, buku latihan menulis, buku berhitung, dan sebagainya. Dalam menyusun buku, sebaiknya dibedakan jenis buku apa saja yang ditaruh di rak buku agar mereka tidak kebingungan ketika mencari buku yang diinginkan. Misalnya, ingin mencari buku
cerita maka mencarinya di bagian rak buku cerita. Tak lupa disediakan rak lemari untuk menyimpan boneka tokoh dongeng dan lukisan karikatur supaya mereka betah di perpustakaan ala negeri dongeng. Agar tidak jenuh, hendaknya mengadakan lomba-lomba yang bertujuan merangsang kemampuan anak dalam membaca, menambah kepercayaan diri anak, menambah pengalaman si anak, dan sebagainya. Contohnya lomba berhitung, lomba menulis, kontes ala tokoh dongeng, lomba mewarnai, dan lomba membaca.
Untuk menarik perhatian anak-anak, pustakawan memakai pakaian ala negeri dongeng yang dilakukan setiap hari dengan tema yang berbeda. Kalau perpustakaan itu temanya adalah Snow White. Maka pustakawan memakai pakaian ala Snow White. Tentunya dengan pelayanan yang ramah pula, anak-anak pasti ingin kembali lagi ke perpustakaan dan bisa dekat dengan pustakawan. Percuma para pustakawan sudah memakai pakaian ala negeri dongeng tetapi melayani pemustaka cilik dalam keadaan marah, jutek, tidak tersenyum otomatis mereka enggan masuk ke perpustakaan tersebut. Untuk itu pustakawan harus melayani pemustakanya dengan senyuman, ramah, dan bersahabat walaupun dalam keadaan galau.
Kegiatan yang bisa dilakukan di perpustakaan ala negeri dongeng adalah mengadakan dongeng bersama atau story telling. Namanya juga perpustakaan ala negeri dongeng, ya harus ada bagian mendongeng juga dong. Kegiatan dongeng dilakukan agar pemustaka cilik bisa mengenal lebih dekat tokoh dongeng secara lebih dekat, meningkatkan hubungan emosional antara pendongeng dan para pendengar, serta bisa mengambil nilai moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut.
Misalnya cerita Cinderella nilai positif yang bisa diambil adalah jika kita sabar dalam berbagai ujian, niscaya kita akan mendapat kebahagiaan dari Tuhan. Cerita Pinokio juga mengajarkan kita agar jangan pernah berbohong karena di cerita Pinokio sendiri hidungnya menjadi panjang karena berbohong. Nilai moral tersebut disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.
Setelah selesai mendongeng, anak-anak sebaiknya memberi komentar tentang cerita dongeng tentang tokoh dongeng favorit mereka. Entah berkomentar tentang tokoh itu sendiri maupun teman-temannya, mereka bebas berkomentar apa saja. Selain mendongeng, diadakan juga menonton bersama. Baik menonton kartun favorit, cerita anak favorit maupun film dongeng favorit. Asal jangan menonton sinetron atau infotainment. Waktunya bisa menyesuaikan dengan anak-anak baik pagi hari maupun sore hari. Sama seperti kegiatan mendongeng, setelah menonton film, anak-anak bisa berkomentar mengenai inti cerita dari film tersebut. Bisa mengenai sifat dari tokoh film tersebut dan kesimpulan apa yang bisa dipetik dari film tersebut.
Selain menonton film, hiburan yang bisa ditampilkan di perpustakaan ala negeri dongeng adalah menyanyi bersama dan bermain tebak kata. Menyanyi bersama dilakukan di sela-sela kegiatan membaca. Tentunya bernyanyi dengan lagu anak-anak bukan lagu orang dewasa yang liriknya belum bisa dimengerti oleh anak-anak. Sedangkan bermain kata dilakukan agar anak-anak mengingat kata-kata apa yang baru saja dibaca di buku dan bertujuan mengembangkan kemampuan memori anak. Jika ada yang bisa menjawab dari tebakan
kata itu, anak-anak berhak mendapat hadiah dari pustakawan berupa permen atau buku cerita.
Supaya tidak sunyi, perpustakaan ala negeri dongeng diberi backsound lagu tokoh dongeng agar menciptakan feel di dalam perpustakaan negeri dongeng. Tidak harus backsound lagu tokoh dongeng, tapi bisa juga lagu anak-anak yang lain. Kalau perlu, bisa di-mix lagu soundtrack dongeng dengan musik klasik agar terdengar menarik dan beda. Selain itu, musik klasik membuat anak-anak tenang dalam membaca.
Hendaknya pustakawan mengajarkan tata cara memegang, membuka, dan memelihara buku kepada anak-anak supaya anak-anak bisa menghargai buku sedari kecil. Kalau ada yang ingin mempunyai artikel di buku yang mereka baca, jangan disobek karena akan merusak keindahan buku tersebut lebih baik di fotokopi saja.
Oh iya, penulis berpikir jika ada anak yang ulang tahun bisa dirayakan di perpustakaan tentunya dengan konsep dongeng daripada merayakan ulang tahun di restoran mewah. Selain murah meriah, merayakan ulang tahun di perpustakaan ala negeri dongeng jauh lebih edukatif karena selain mengeluarkan budget yang tidak menguras kantong, anak-anak juga mengetahui pengetahuan mereka lewat membaca.
Ada alternatif lain bagi siswa playgroup maupun siswa taman kanak-kanak. Jika biasanya setiap liburan sekolah berlibur ke tempat wisata, kali ini penulis berpikir liburan ke perpustakaan, termasuk perpustakaan ala negeri dongeng. Selain memberi warna baru pada anak playgroup maupun taman kanak-kanak, mereka
secara langsung mengenal perpustakaan secara lebih dekat, bukan lagi berdasarkan cerita dari guru mereka.
Kemudian pustakawan bertugas mengenalkan perpustakaan sejak dini kepada anak-anak, memperkenalkan bentuk fisik buku dan menerangkan cara memegang, membuka dan memelihara buku. Setelah itu, mereka perlahan-lahan mulai mengerti bagaimana cara memegang dan memelihara buku dengan baik dan benar.
Orang tua membiasakan anaknya berkunjung ke perpustakaan sejak dini. Untuk itu dibutuhkan cara agar anak-anak betah di perpustakaan, termasuk perpustakaan ala negeri dongeng yaitu orang tua sering berkunjung ke perpustakaan dan menceritakan tentang buku yang dibacanya, misalnya buku tentang tokoh dongeng, menggunakan alat peraga misal boneka tangan atau puppet supaya menarik. Setelah dibacakan buku oleh orangtuanya anak-anak bisa memberi komentar dan menceritakan kembali apa yang telah dibaca, memberikan penghargaan kepada anak-anak yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan berupa hadiah, mengadakan lomba-lomba seperti lomba membaca, lomba menulis, lomba menggambar dan lomba mewarnai.
Promosi adalah mekanisme komunikatif persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan masyarakat. Perpustakaan ala negeri dongeng juga harus dipromosikan karena akan menaikkan citra atau popularitas perpustakaan tersebut. Promosi yang dilakukan antara lain mengadakan pameran dari hasil karya anak taman kanak-kanak yang berhubungan dengan buku, poster dengan desain yang menarik untuk
anak-anak, logo dan slogan perpustakaan dengan motif lucu, mensosialisasikan perpustakaan saat kegiatan bermain, pembatas buku, gantungan buku, turut merayakan events seperti Hari Pendidikan Nasional, Hari Anak-anak Sedunia, Hari Aksara Internasional dengan mengijinkan anak-anak meminjam buku lebih dari biasanya. Misalnya jika biasanya meminjam hanya 1 buku, pada hari khusus tersebut boleh meminjam lebih dari satu. Selain itu mengadakan kontes berpakaian nasional untuk siswa-siswi pada Hari Kartini di perpustakaan.
Kesimpulannya adalah perpustakaan di negeri dongeng adalah perpustakaan yang ditujukan kepada anak playgroup maupun taman kanak-kanak dengan dekorasi ala dongeng. Dinding wallpaper gambar dari tokoh dongeng tersebut, termasuk gorden dan fasilitas yang lain. Pemustaka memakai pakaian ala dongeng untuk mendukung penampilan. Buku-buku yang tersedia antara lain buku cerita bergambar, buku berhitung, buku mewarnai, buku latihan menulis, dan sebagainya.


oleh : Clara Marda Cynthia Arundina

No comments:

Post a Comment