Wednesday, September 5, 2012

Perpustakaanmu, Perpustakaanku, Perpustakaan Kita


Menurut kalian, apa sih perpustakaan itu? Merasa jenuh mendengar kata perpustakaan yang identik dengan buku dan rak buku yang terkesan kumuh, lusuh, dan kurang “menyegarkan”?
Saya akan mencoba menguraikan beberapa fakta yang menyebabkan perpustakaan terlihat membosankan:
1. Rak buku berbentuk kotak persegi yang tersusun berderet.
2. Meja kursi (tempat baca) kurang nyaman dan penataan yang monoton.
3. Ruangan “sumpeg” dan alur sirkulasi yang kurang rapi.
4. Pustakawan yang kurang ramah.
5. Pemustaka yang masih buta teknologi informasi dan minimnya pelayanan.
6. Letak perpustakaan yang kurang strategis. Tempatnya terlihat gelap dan gersang.
Lalu, solusi apa yang bisa mengatasi permasalahan di atas? Sebelum menginjak pada inovasi perpustakaan, saya akan menguraikan terlebih dahulu jawaban dari fakta-fakta tersebut:

1. Kalau permasalahannya rak buku yang berbentuk kotak, dan itu terlihat membosankan. Buat saja rak buku yang berbentuk selain kotak, selama rak buku itu masih tetap dalam syarat dan standar rak yang bisa menjaga kualitas buku. Misal berbentuk huruf U
atau berbentuk zig-zag tapi tempat meletakkan bukunya tetap rapi dan aman. Dan kalau masalah peletakkan rak buku yang berderet, kita bisa mengatur letak rak buku sesuain setting perpustakaan yang kita inginkan. Selama itu tidak mengganggu arus sirkulasi. Misalnya setiap ganti sub bahasan, letaknya juga dipisahkan. Disebar keseluruh ruangan.
2. Kemudian penataan meja dan kursi. Sebaiknya letak meja dan kursi baca juga mengikuti rak buku. Tapi antara tempat baca dan rak harus diberi jarak. Jenis meja dan kursi juga harus menyesuaikan dengan jenis bacaan. Misalnya bacaan mana yang butuh menulis, harus serius membacanya dan bacaan yang hanya digunakan untuk refreshing. Baik letak maupun tempat baca harus terpisah dan terkonsep sendiri.
3. Untuk mengakali ruangan yang sempit, kita bisa menata rak buku melingkar atau diletakkan di pinggir mengikuti bentuk ruangan. Sehingga bagian tengah dikosongkan dan digunakan sebagai tempat baca.
4. Faktor pustakawan yang kurang ramah juga memengaruhi jumlah pengunjung yang datang. Untuk itu perlu dibangun budaya senyum, sapa, dan salam agar hubungan timbal balik pemustaka dan pustakawan terlihat hangat dan nyaman.
5. Masalah yang juga sering timbul sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi adalah masyarakat yang masih gaptek. Untuk itu, tuntutan agar masyarakat bisa mengikuti perkembangan
teknologi informasi sangat disarankan. Terutama bagi para pustakawan. Kalau para pustakawan bisa, masyarakat juga akan bisa mengembangkan perpustakaannya, sesuai dengan perkembangan zaman dan tak lupa harus memberi pelayanan dan pengajaran bagi pemustaka yang masih buta dengan teknologi informasi yang digunakan di perpustakaan.
6. Nah, untuk pemilihan letak perpustakaan memang agak sulit. Karena menyangkut bagian tanah yang di dapat untuk mendirikan perpustakaan. Misalnya kalau letak perpustakaan memang kurang strategis, buatlah perpustakaan itu hidup dan mudah ditemukan orang lain. Contohnya, memberi kata perpustakaan yang besar agar orang dari dalam instansi ataupun luar instansi bisa langsung tahu kalau itu adalah perpustakaan. Dan kalaupun bisa memilih tempat, pilihlah tempat yang mudah dilihat orang. Contohnya tempat dekat taman, dekat tempat nongkrong, dan lain-lain.
Beberapa inovasi dan kreasi untuk perpustakaan agar fungsi perpustakaan sebagai agen pendidik sepanjang hayat bisa berjalan secara maksimal, antara lain,
1. Konsep Perpustakaan Kafe
Bagi anak muda, perpustakaan ini tentu akan sangat diminati. Baru mendengar namanya saja,anak-anak muda akan penasaran. Konsep perpustakaan kafe adalah konsep perpustakaan dimana setting tempat dibuat seperti bar. Tempat bacanya lebih santai dan disediakan minum atau pun makanan. Juga disediakan backsong. Bahan pustaka yang disediakan tidak terlalu berat. Kebanyakan lebih pada karangan fiksi maupun karangan
nonfiksi yang merujuk pada kesimpulan tunggal. Maksudnya, para pembaca bisa dengan mudah mengerti isi buku yang dibaca. Perpustakaan ini lebih terlihat seperti tempat nongkrong tapi konsep dasar tetap perpustakaan, yaitu sebagai tempat baca. Sedangkan kafe disini hanya sebagai suatu konsep. Sehingga dengan itu, aturan peminjaman, katalog, pengadaan, dan lain-lain masih tetap sama seperti perpustakaan pada umumnya.
2. Pengadaan Perpustakaan Awards
Perpustakaan Awards adalah kegiatan perpustakaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghargaan kepada meraka yang telah berperan aktif dalam perpustakaan. Baik itu pustakawan maupun pemustaka. Misalnya penghargaan untuk pemustakayang paling sering dan paling banyak datang dan meminjam buku diperpustakaan. Atau pemberian penghargaan untuk pustakawan teramah. Dengan begitu maka pemustaka dan pustakawan akan berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan itu. Kalau untuk kegiatan yang satu ini bukan termasuk konsep perpustakaan, hanya kreasi untuk perpustakaan agar citranya bisa lebih hidup
3. Pelayanan SLIMS
Seiring berkembangnya teknologi informasi, muncul lah SLIMS. Apa itu SLIMS? SLIMS adalah software open source yang digunakan untuk automasi perpustakaan secara teknologi dan bukan manual. Layanan SLIMS banyak mempermudah kerja, mempercepat, dan tentu lebih , mutakhir. SLIMS digunakan untuk proses pengcatalogan,temu kembali, peminjaman, pengembalian, bahkan pemesanan buku yang akan dipinjam misal buku yang dimaksud telah
sedang dipinjam orang lain. Kini pustakawan dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman agar perpustakaan tidak sepi pemustaka dan tetap hidup serta berdayaguna. SLIMS sangat dianjurkan, karena software ini adalah asli buatan Indonesia.
4. Kritik oh Kritik
Sudah seharusnya bagi para pustakawan dan seluruh pengelola perpustakaan untuk membuka diri. Kreasi perpustakaan yang satu ini ditujukan agar para pemustaka bisa menyalurkan ide mereka untuk pengembangan perpustakaan. Sarana ini diberlakukan misalnya setiap pemustaka dibolehkan mengisi buku kritik atau bisa bentuk lain, misalnya bentuk pohon kritik, mading ritik, dan lain-lain saat masuk perpustakaan maupun saat keluar perpustakaan.
5. Pemberian Dorprise
Kalau di atas sudah ada ada perpustakaan awards, kreasi yang ini hampir mirip dengannya. Tetapi bedanya ini pemberian hadiah langsung bukan sebgai penghargaan. Dan pemberian hadiahnya juga dilakukan secara mendadak. Misalnya dalam seminggu itu ada satu hari tertentu yang digunakan untuk bagi-bagi hadiah. Harinya masih dirahasiakan tentunya. Tapi kegiatan pemberian hadiah sudah diberitahukan atau sudah dijadikan agenda, sehingga para pemustaka akan sering berkunjung ke perpustakaan agar tidak kelewatan hadiah itu. Untuk hadiahnya sendiri, pilih hadiah atau murah-murah saja, misalnya bolpoin. Kegiatan seperti ini tentu akan membuat para pemustaka lebih tertarik lagi untuk datang ke perpustakaan.

Oleh Roosiati Nurachma

No comments:

Post a Comment